Minggu, 31 Maret 2013

Budidaya, Pemanfaatan dan Proses Produksi Kapuk (Ceiba petandra)


Esty Nidianty / 101201140
HUT 6 D
Mata Kuliah : Agroindustri
Dosen Penanggung Jawab : Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si
BUDIDAYA KAPUK (Ceiba petandra)
            Kapuk merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia yang merupakan pohon multiguna dimana memberikan banyak manfaat tidak hanya berupa barang namun dapat berupa jasa. Kapuk dikenal dengan sebutan Kapok, Sumauma, Kapas Jawa dan Silk Cotton. Tanaman kapuk di beberapa tempat di Indonesia telah diusahakan secara intensif. Tanaman kapuk di Indonesia dikembangkan oleh rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan pemerintah (BUMN). Areal seluruhnya saat ini mencapai 250.500 ha dengan produksi serat mencapai 84.700 kg.
     Menurut Tjitrosoepomo (2000) tanaman kapuk secara taksonomi tergolong pada: Divisio: Spermatophyta, subdivisio: Angiospermae, class: Dicotyledonae, ordo: Bombales, famili: Bambaceae, genus: Ceiba dan species: Ceiba petandra. Buah, yang masih muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi coklat sampai hitam apabila sudah memasuki fase tua. Di dalam buah kapuk terdapat seratbut kapuk, biji dan hati kapuk.
          Kapuk digolongkan menjadi dua klon, yaitu: (1) klon Caribean (caribaca), terdiri dari kapuk Suriname dan kapuk Congo; dan (2) klon Indica (kapuk jawa), terdiri dari kapuk randu biasa dan kapuk randu alas. Untuk budi daya kapuk yang biasa dilakukan adalah kapuk randu biasa karena kapuk jenis ini berumur genjah dan dapat berproduksi setiap tahun.
 Tipe Karibea pohonnya berukuran besar, tinggi mencapai 50 meter dan cabang terbawah dari permukaan tanah sekitar 10 meter. Di Amerika maupun di Afrika pohon-pohon tersebut dapat ditemukan di lapangan dengan mahkota yang sangat besar. Kecuali tipe yang bercabang rendah, juga ada tipe yang bercabang sangat tinggi, bercabang, tetapi mahkotanya kurang kokoh. Tipe ini tumbuh dihutan-hutan tropis, contohnya antara lain kapuk Suriname dan Congo, yang akan di bahas lebih lanjut. Tipe Indika pohonnya berukuran relatif lebih kecil dibanding tipe Karibea dan tidak dapat bersaing dengan vegetasi-vegetasi liar.
Sel kapuk randu adalah seperti halnya dengan sel kapas yang berbentuk memanjang, perbedaannya antara Sel Kapuk Randu yaitu pada sel kapuk tidak terdapat torsi, sehingga sel kapas hanya berupa lumen (rongga sel) yang dibatasi oleh dinding sel dengan lingkungan luar. Oleh karena itu sel kapuk mampu menyimpan udara sehingga baik digunakan sebagai bahan isolasi. Serat kapuk banyak digunakan sebagai bahan kasur atau bantal. Biasanya, kasur jika telah lama digunakan, maka sel-sel kapuknya akan terisi air yang berasal dari keringat kita, sehingga tidak empuk lagi. Oleh karena itu, kasur tersebut harus dijemur di bawah terik matahari, untuk menguapkan airnya, sehingga dapat dipakai kembali.
Serat kapuk berasal dari sel epidermis dari kulit buah. Sel-sel ini mulai tumbuh kira-kira 16 hari sesudah pembungaan, yaitu waktu pembelahan sel telur dan ada kepastian buah tidak rontok. Serat yang sudah tua membentuk lumen yang kosong berdinding tipis dan terisi udara serta tertutup pada kedua ujungnya. Dindingnya licin dan dilapisi lapisan lilin sehingga serat kapuk sangat ringan dan mempunyai kemampuan mengisolasi panas dan suara. Dinding serat kapuk licin dan tidak terpilin sehingga serat kapuk tidak dapat dipintal menjadi benang karena antara serat yang satu dengan yang lain tidak melekat menjadi satu.

PEMBIBITAN
Bibit kapuk dapat berasal dari biji atau stek. Penangkaran dengan biji didahului dengan persemaian. Pada pembuatan pesemaian kapuk yang penting adalah pengerjaan tanah. Permukaan bedengan dibuat merata dan pembuangan air mudah dilakukan, karena air yang menggenang berakibat fatal bagi tanaman yang masih muda. Jarak tanam di bedengan 20 cm x 20 cm dengan memakai 3 biji per lubang, kemudian setelah sebulan disisakan satu tanaman yang terbaik. Cara lainnya dengan disebar dalam bak-bak yang kemudian dipindahkan ke bedengan, sehingga diperoleh tanaman yang rata dan tumbuh baik, tetapi apabila ada gangguan hama kumbang Nisotra, pada tanaman kapuk muda daunnya habis termakan. Tanaman kapuk pada umumnya dapat dipindahkan ke lapangan setelah umur satu tahun di persemaian, setinggi kira- kira satu meter.
Okulasi tanaman kapuk banyak menggunakan Togo B sebagai batang bawah. Hasilnya menunjukkan beberapa keuntungan antara lain : pada sambungan batang bawah dan atas (mata tunas) tidak timbul benjolan seperti layaknya bibit berasal dari biji. Keuntungan lain adalah diperoleh tanaman yang sama unggulnya dengan tanaman induknya.
PENANAMAN
Jarak tanam yang terbaik untuk tanaman kapuk tergantung tipe kapuk yanag ditanam. Pada umumnya tanaman kapuk tidak boleh ditanam terlalu dekat satu sama lain. Di perkebunan-perkebunan umumnya jarak tanam yang diterapkan 8 x 8 m sampai 10 x 10 m. Di kebun Percobaan Muktiharjo, Pati, pada tahun 1978 tanaman koleksi menggunakan jarak tanam 8 x 8 m. Setelah umur 12 tahun cabang-cabang sudah saling menutup yang menyebabkan penurunan produksi. Pada tahun 1991 dilakukan peremajaan sekaligus menata ulang jarak tanamnya yaitu 15 x 15 m. Ternyata setelah umur 7 tahun menunjukkan pembuahan yang baik. Produksi yang tertinggi pada umur tersebut adalah klon Congo 2 x Lanang atau (C 2 x L) yaitu 992 glondong/pohon/tahun. Sebagai kompensasi hasil pada jarak yang lebar dapat ditambahkan tanaman sela untuk meningkatkan pendapatan per satuan lahan.

TANAMAN SELA
Tanaman semusim atau tahunan dapat ditanam diantara tegakan tanaman kapuk sebagai tanaman sela. Menurut penelitian, kapuk sangat baik dikombinasikan dengan tanaman kakao. Kakao sebagai tanaman bawah dan kapuk berfungsi sebagai tanaman pelindung. Syarat-syarat yang dihendaki oleh tanaman kapuk terhadap tanah dan iklim, seyogianya sama dengan tanaman kakao. Ada daerah-daerah yang masih layak untuk tanaman kapuk, tetapi terlalu kering untuk tanaman kakao. Kadang-kadang kita juga menemukan kombinasi tanaman kapuk dengan tanaman kopi (robusta). Kombinasi ini kurang baik dibanding dengan tanaman kakao, karena pada musim kemarau yang sesuai untuk tanaman kapuk justru terlalu panjang untuk tanaman kopi.
PEMELIHARAAN
Dikaitkan dengan cara panen dengan memukul buah di pohon, agar buah yang jatuh diatas tanah mudah diambil, maka disarankan agar tanah dibersihkan pada akhir musim kemarau. Tanah dikerjakan secara minimum pada akhir musim penghujan, dan dengan demikian dapat mencegah penguapan air tanah. Pada dasarnya tanaman kapuk sendiri hanya sedikit memerlukan pemeliharaan. Pemangkasan tidak dilakukan pada tanaman kapuk, hanya menyingkirkan dahan-dahan yang mati, dan tanaman Loranthaceae (kemladean). Untuk itu perlu diawasi secara intensip agar tidak ada biji tanaman kemladean yang bisa berkembang. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Dosis yang diberikan tergantung umur tanaman dan kebutuhan hara berdasarkan analisa tanah. Umur 1- 5 tahun umumnya kebutuhan pupuk 1,0 kg urea + 0,5 kg SP36 + 0,5 kg KCl per pohon per tahun yang diberikan dua kali, setengahnya pada awal musim penghujan dan sisanya akhir musim penghujan. Semakin tua tanaman dosis pupuk yang diberikan semakin tinggi.

ORGANISME PENGGANGGU
Tanaman kapuk tidak banyak mendapat gangguan hama atau penyakit kecuali gangguan parasit dari keluarga Loranthaceae. Parasit ini disebarkan oleh beberapa jenis burung tertentu, yang memakan buah-buah benalu dan meninggalkannya berupa biji pada tangkai kapuk, karena adanya cairan yang lekat. Apakah biji tersebut akan berkecambah, tergantung pada tanaman inang. Tanaman kapuk Jawa (Indika) sangat peka terhadap benalu, sebaliknya tipe karibea mempunyai daya resistensi yang lebih besar. Cara mengatasinya adalah membersihkan kemudian menjaga agar pohon-pohon tetap bersih dari benalu. Penyuluhan kepada petani agar semua jenis tanaman yang ada dipekarangan tidak dihinggapi oleh benalu terus digalakkan. Kerugian akibat parasit ini, apabila tidak ada usaha-usaha yang efektif, dampaknya dapat menurunkan produksi, bahkan mengalami kegagalan panen. 

PEMANFAATAN POHON KAPUK (Ceiba petandra)
Selama ini kapuk dikenal sebagai bahan pelindung sebagai isi produk interior dan fashion seperti kursi, pelampung tas, pakaian, dan bantal. Berbeda dengan kapas yang mampu menjadi bahan utama tekstil melalui pengolahan benangdan lembaran kain. Karakter kapuk yang licin, berminyak dan berserat pendek, serta bersifat menolak air, adalah alasan yang menjadikan kapuk tidak cocok untuk diolah menjadi benang produksi.
Tanaman kapuk banyak memiliki manfaat bagi manusia, antara lain yaitu:

1.      Serabut kapuk yang merupakan produk utama, banyak digunakan untuk bahan baku berbagai industri, misalnya:
 a.     pada industri mebel, serabut kapuk digunakan untuk pengisian bantal, kasur, pelampung dan jok kursi;
b.      pada industri elektronika, serabut kapuk digunakan untuk isolator panas, peredam suara, pengisi sabuk penolong dan pembalut luka; dan
c.       pada industri pemintalan, serabut kapuk digunakan untuk membuat benang, walaupun serabut kapuk kurang baik karena mudah putus saat dipintal
2.      Abu kulit buah kapuk dapat dimanfaatkan untuk campuran dalam pembuatan sabun, selain itu abu kulit buah kapuk juga terbukti dapat digunakan sebagai bahan pupuk karena banyak mengandung Kalium (Ambarwati, dkk, 2006)
3.  Biji kapuk banyak mengandung minyak yang dapat dimanfaatkan pada industri minyak goreng, dan minyak biji kapuk ini dapat digunakan untuk bahan pembuatan sabun dan bahan membatik. Sedangkan bungkilnya dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak atau pupuk organik.
4.  Hati kapuk dapat dimanfaatkan untuk bahan pengisi jok dan campuran serabut kapuk dengan dihancurkan terlebih dahulu.
5.   Batang atau pohon tanaman kapuk sangat baik dijadikan papan untuk berbagai keperluan seperti peti atau kotak pengemas, untuk dinding kandang dan bahan pembuatan bangunan. Selain itu batang tanaman kapuk dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas.
6.   Kulit batang tanaman kapuk dapat digunakan untuk bahan pembuatan caustik soda dan bahan untuk pembuatan tali.
7.      Akar dan daun tanaman kapuk yang masih muda dapat digunakan untuk ramuan obat tradisional.
Pada umumnya masyarakat lebih menyukai kapuk untuk berbagai keperluan dari pada bahan lain, seperti limbah kapas, rumput laut, wol dan lain-lain. Menurut Juanda dan Cahyono (1999) hal ini disebabkan karena kapuk memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1.      kapuk tidak mudah rusak karena tidak disukai oleh binatang pengganggu;
2.   penggunaan kapuk untuk berbagai keperluan memerlukan jumlah yang lebih sedikit dibanding dengan bahan lain, misalnya untuk pengisian sebuah kasur ukuran satu orang hanya memerlukan 9 kg kapuk;
3.      kapuk tidak menyerap air sehingga bila basah mudah dikeringkan;
4.   kapuk mudah dikembalikan keadaannya seperti semula hanya dengan dijemur di panas matahari dan dibiarkan berhubungan dengan udara terbuka beberapa waktu saja;
5.      kapuk dapat dinetralisir tanpa kehilangan sifat-sifatnya yang baik;
6.      untuk pengisian berbagai keperluan, serabut-serabut kapuk tidak membentuk gumpalan-gumpalan; dan
7.      untuk bahan pengisian kasur lebih murah dan mudah perbaikannya.
Alat pemisah serabut dengan biji kapuk dirancang berdasarkan pemikiran bahwa serabut kapuk dan biji kapuk memiliki berat yang berbeda, dengan perbedaan ini maka serabut kapuk dan biji kapuk dapat dipisahkan dengan suatu mesin centrifuse, yaitu alat yang dapat digunakan untuk memisahkan berbagai materi dengan karakteristik yang berbeda-beda (Giancoli, 1999).
Setelah serabut kapuk terpisah dengan bijinya maka biji kapuk yang berat jenisnya lebih besar akan jatuh ke bawah karena gaya gravitasi, sementara serabut kapuk yang beratnya lebih ringan akan berada di bagian atas mesin centrifuse. Penelitian yang pernah ada adalah pembuatan mesin pemisah kapuk randu oleh Wilopo, mahasiswa Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta, yang pada tahun 2000 berhasil menjadi juara III tingkat nasional Penelitian Inovasi Teknologi. Namun demikian ada beberapa perbedaan antara alat yang telah ada dengan alat yang akan peneliti buat, perbedaannya antara lain:
1.    Mesin pemisah kapuk randu: (a) pada alat ini menggunakan mesin sebagai  enggerak alat, terdapat 2 mesin dengan fungsi yang berbeda. Mesin I berfungsi menggerakkan alat pengoyak kapuk (mesin centrifuse) dan biji kapuk ditampung pada satu tempat (tong) sehingga antara keduanya bercampur; dan (c) untuk mendapatkan serabut murni, serabut yang telah terkoyak didorong ke suatu tong dengan blower.
2.  Alat pemisah serabut dengan biji kapuk: (a) alat ini digerakkan dengan tenaga manusia (tidak menggunakan mesin) sehingga cocok untuk industri kecil pedesaan. Apalagi dengan kondisi kenaikan harga BBM yang begitu drastis, alat ini dipandang lebih menguntungkan; (b) kapuk yang dipisahkan dengan alat ini sudah bersih dari hati, sehingga hanya memisahkan serabut dengan biji kapuk; dan (c) untuk mendapatkan serabut murni tidak memerlukan blower, tetapi serabut yang masih bercampur dengan biji akan diputar oleh mesin centrifuse, kemudian biji yang lebih berat akan jatuh ke bawah sedang serabut yang ringan akan berada di bagian atas mesin centrifuse. Karena makin lama serat makin banyak, maka dengan sendirinya serabut akan terdorong ke tempat kosong yang disediakan melewati suatu lubang.

PROSES PRODUKSI KAPUK
Mulyadi (2010) menyatakan bahwa sebelum kapuk siap digunakan untuk mengisi kasur, bantal, guling dan sebagainya, kapuk perlu mengalami beberapa tahap pemrosesan. Berikut adalah tahapan proses pengolahan kapuk yang dilakukan pada perusahan pengolahan kapuk di tempat kami tepatnya di Desa Karaban Kabupaten Pati Jawa Tengah.
1)      Pemilahan kapuk gelondong kering
Kapuk yang siap diproses di pabrik pengolahan kapuk adalah kapuk yang sudah benar-benar kering. Akan lebih baik lagi kapuk yang kering di pohon, dengan ciri-ciri kulit buah kapuk berkeriput berwarna kecoklatan dan serat kapuk menyembul pecah dari kulitnya, menandakan bahwa kapuk siap untuk dipanen. Setelah kapuk sampai di pabrik akan dilakukan pemilahan gelondong kapuk yang sudah benar-benar kering dan yang masih basah. Hal ini dimungkinkan karena terkena air hujan akibat pengiriman atau gelondong kapuk memang belum terlalu kering. Gelondong kapuk yang belum kering kemudian dijemur di bawah terik matahari hingga benar-benar kering
2)      Pengupasan kulit kapuk
Pengupasan kulit kapuk bertujuan untuk memisahkan serat kapuk dari kulit gelondong. Pekerjaan ini dilakukan secara manual dengan tenaga kerja manusia.
3)      Pemisahan serat kapuk dengan ati
Setelah kapuk dikupas kemudian dipisahkan dari ati tempat menempelnya serat kapuk. Pekerjaan ini juga dilakukan dengan tenaga kerja manusia.
4)  Pengeringan
Kapuk yang sudah dipisahkan dari batang ati kemudian dikeringkan dibawah terik sinar matahari selama 3-5 jam sampai benar-benar kering dengan cara sering diaduk/dibalik. Tempat pengeringan ini dibuat secara khusus dengan bangunan berdinding yang bagian atasnya ditutup dengan kasa kelambu, sedangkan lantainya terbuat dari beton plester. Hal ini bertujuan agar debu dan serat kapuk yang sudah kering tidak berterbangan sehingga mencemari lingkungan.
5)      Pemisahan serat kapuk dengan biji
Setelah kapuk kering pekerjaan belumlah selesai, karena kapuk masih mengandung biji (klentheng). Kapuk yang sudah kering kemudian dilakukan pemisahan dengan menggunakan peralatan mesin/penggilingan. Peralatan yang kami gunakan adalah dengan menggunakan mesin penggerak diesel berkekuatan 12 PK. Prinsip kerja dari alat ini adalah, pertama kali kapuk yang sudah kering dimulut corong dihisap dengan mesin vacum kemudian kisi-kisi yang berbentuk kipas akan mengaduk-aduk kapuk sehingga terpisah dari bijinya. Setelah biji rontok kemudian diayak melalui beberapa tahapan. Terakhir dengan mesin blower biji dan kapuk dipisahkan dan disalurkan pada masing-masing penampungan. Pekerjaan penggilingan ini harus dilakukan secara cermat sehingga menghasilkan serat kapuk yang berkualitas dengan tidak merusak struktur serat kapuk.

Referensi:
Ambarwati, Dwi Astuti dan Sri Darnoto. 2006. Pemanfaatan Abu Kulit Buah Kapuk (Ceiba petandra) sebagai Pupuk untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung (Zea mays). Laporan Penelitian Reguler. Lembaga Penelitian UMS.

Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. 2008. Budidaya Kapuk. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Giancoli, D. C. 1999. Fisika Jilid 1. Edisi kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Juanda JS D dan Bambang C. 1999. Kapuk Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.

Mulyadi, A. 2010. Proses Produksi Kapuk. Diakses dari: http://d5d.org/bentuk-sel-batang-kapuk#.UU8hrhdHJoc [1 Maret 2013] [12.12 WIB].