Esty Nidianty / 101201140
HUT 6 D
Dosen
Penanggung Jawab : Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si
BUDIDAYA KAPUK (Ceiba petandra)
Kapuk merupakan salah satu sumber
daya alam Indonesia yang merupakan pohon multiguna dimana memberikan banyak
manfaat tidak hanya berupa barang namun dapat berupa jasa. Kapuk dikenal dengan
sebutan Kapok, Sumauma, Kapas Jawa dan Silk
Cotton. Tanaman kapuk di beberapa tempat di Indonesia telah diusahakan
secara intensif. Tanaman kapuk di Indonesia dikembangkan oleh rakyat,
perkebunan swasta dan perkebunan pemerintah (BUMN). Areal seluruhnya saat ini
mencapai 250.500 ha dengan produksi serat mencapai 84.700 kg.
Menurut
Tjitrosoepomo (2000) tanaman kapuk secara taksonomi tergolong pada: Divisio: Spermatophyta, subdivisio: Angiospermae, class: Dicotyledonae, ordo: Bombales,
famili: Bambaceae, genus: Ceiba dan species: Ceiba petandra. Buah,
yang masih muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi coklat sampai hitam
apabila sudah memasuki fase tua. Di dalam buah kapuk terdapat seratbut kapuk,
biji dan hati kapuk.
Kapuk
digolongkan menjadi dua klon, yaitu: (1) klon Caribean (caribaca),
terdiri dari kapuk Suriname dan kapuk Congo; dan (2) klon Indica (kapuk
jawa), terdiri dari kapuk randu biasa dan kapuk randu alas. Untuk budi daya
kapuk yang biasa dilakukan adalah kapuk randu biasa karena kapuk jenis ini
berumur genjah dan dapat berproduksi setiap tahun.
Tipe Karibea
pohonnya berukuran besar, tinggi mencapai 50 meter dan cabang terbawah dari
permukaan tanah sekitar 10 meter. Di Amerika maupun di Afrika pohon-pohon
tersebut dapat ditemukan di lapangan dengan mahkota yang sangat besar. Kecuali
tipe yang bercabang rendah, juga ada tipe yang bercabang sangat tinggi,
bercabang, tetapi mahkotanya kurang kokoh. Tipe ini tumbuh dihutan-hutan
tropis, contohnya antara lain kapuk Suriname dan Congo, yang akan di bahas
lebih lanjut. Tipe Indika pohonnya berukuran relatif lebih kecil dibanding tipe
Karibea dan tidak dapat bersaing dengan vegetasi-vegetasi liar.
Serat kapuk berasal dari sel
epidermis dari kulit buah. Sel-sel ini mulai tumbuh kira-kira 16 hari sesudah
pembungaan, yaitu waktu pembelahan sel telur dan ada kepastian buah tidak
rontok. Serat yang sudah tua membentuk lumen yang kosong berdinding tipis dan
terisi udara serta tertutup pada kedua ujungnya. Dindingnya licin dan dilapisi
lapisan lilin sehingga serat kapuk sangat ringan dan mempunyai kemampuan
mengisolasi panas dan suara. Dinding serat kapuk licin dan tidak terpilin
sehingga serat kapuk tidak dapat dipintal menjadi benang karena antara serat
yang satu dengan yang lain tidak melekat menjadi satu.
PEMBIBITAN
Bibit kapuk dapat berasal dari biji atau
stek. Penangkaran dengan biji didahului dengan persemaian. Pada pembuatan
pesemaian kapuk yang penting adalah pengerjaan tanah. Permukaan bedengan dibuat
merata dan pembuangan air mudah dilakukan, karena air yang menggenang berakibat
fatal bagi tanaman yang masih muda. Jarak tanam di bedengan 20 cm x 20 cm
dengan memakai 3 biji per lubang, kemudian setelah sebulan disisakan satu
tanaman yang terbaik. Cara lainnya dengan disebar dalam bak-bak yang kemudian
dipindahkan ke bedengan, sehingga diperoleh tanaman yang rata dan tumbuh baik,
tetapi apabila ada gangguan hama kumbang Nisotra, pada tanaman kapuk
muda daunnya habis termakan. Tanaman kapuk pada umumnya dapat dipindahkan ke
lapangan setelah umur satu tahun di persemaian, setinggi kira- kira satu meter.
Okulasi tanaman kapuk
banyak menggunakan Togo B sebagai batang bawah. Hasilnya menunjukkan beberapa
keuntungan antara lain : pada sambungan batang bawah dan atas (mata tunas)
tidak timbul benjolan seperti layaknya bibit berasal dari biji. Keuntungan lain
adalah diperoleh tanaman yang sama unggulnya dengan tanaman induknya.
PENANAMAN
Jarak tanam yang terbaik
untuk tanaman kapuk tergantung tipe kapuk yanag ditanam. Pada umumnya tanaman
kapuk tidak boleh ditanam terlalu dekat satu sama lain. Di
perkebunan-perkebunan umumnya jarak tanam yang diterapkan 8 x 8 m sampai 10 x
10 m. Di kebun Percobaan Muktiharjo, Pati, pada tahun 1978 tanaman koleksi
menggunakan jarak tanam 8 x 8 m. Setelah umur 12 tahun cabang-cabang sudah
saling menutup yang menyebabkan penurunan produksi. Pada tahun 1991 dilakukan
peremajaan sekaligus menata ulang jarak tanamnya yaitu 15 x 15 m. Ternyata
setelah umur 7 tahun menunjukkan pembuahan yang baik. Produksi yang tertinggi
pada umur tersebut adalah klon Congo 2 x Lanang atau (C 2 x L) yaitu 992
glondong/pohon/tahun. Sebagai kompensasi hasil pada jarak yang lebar dapat
ditambahkan tanaman sela untuk meningkatkan pendapatan per satuan lahan.
TANAMAN
SELA
Tanaman
semusim atau tahunan dapat ditanam diantara tegakan tanaman kapuk sebagai
tanaman sela. Menurut penelitian, kapuk sangat baik dikombinasikan dengan
tanaman kakao. Kakao sebagai tanaman bawah dan kapuk berfungsi sebagai tanaman
pelindung. Syarat-syarat yang dihendaki oleh tanaman kapuk terhadap tanah dan
iklim, seyogianya sama dengan tanaman kakao. Ada daerah-daerah yang masih layak
untuk tanaman kapuk, tetapi terlalu kering untuk tanaman kakao. Kadang-kadang
kita juga menemukan kombinasi tanaman kapuk dengan tanaman kopi (robusta).
Kombinasi ini kurang baik dibanding dengan tanaman kakao, karena pada musim
kemarau yang sesuai untuk tanaman kapuk justru terlalu panjang untuk tanaman
kopi.
PEMELIHARAAN
Dikaitkan dengan cara panen dengan
memukul buah di pohon, agar buah yang jatuh diatas tanah mudah diambil, maka
disarankan agar tanah dibersihkan pada akhir musim kemarau. Tanah dikerjakan
secara minimum pada akhir musim penghujan, dan dengan demikian dapat mencegah
penguapan air tanah. Pada dasarnya tanaman kapuk sendiri hanya sedikit
memerlukan pemeliharaan. Pemangkasan tidak dilakukan pada tanaman kapuk, hanya
menyingkirkan dahan-dahan yang mati, dan tanaman Loranthaceae (kemladean).
Untuk itu perlu diawasi secara intensip agar tidak ada biji tanaman kemladean
yang bisa berkembang. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada
awal dan akhir musim hujan. Dosis yang diberikan tergantung umur tanaman dan
kebutuhan hara berdasarkan analisa tanah. Umur 1- 5 tahun umumnya kebutuhan
pupuk 1,0 kg urea + 0,5 kg SP36 + 0,5 kg KCl per pohon per tahun yang diberikan
dua kali, setengahnya pada awal musim penghujan dan sisanya akhir musim
penghujan. Semakin tua tanaman dosis pupuk yang diberikan semakin tinggi.
ORGANISME PENGGANGGU
Tanaman kapuk tidak banyak
mendapat gangguan hama atau penyakit kecuali gangguan parasit dari keluarga
Loranthaceae. Parasit ini disebarkan oleh beberapa jenis burung tertentu, yang
memakan buah-buah benalu dan meninggalkannya berupa biji pada tangkai kapuk,
karena adanya cairan yang lekat. Apakah biji tersebut akan berkecambah,
tergantung pada tanaman inang. Tanaman kapuk Jawa (Indika) sangat peka terhadap
benalu, sebaliknya tipe karibea mempunyai daya resistensi yang lebih besar.
Cara mengatasinya adalah membersihkan kemudian menjaga agar pohon-pohon tetap
bersih dari benalu. Penyuluhan kepada petani agar semua jenis tanaman yang ada
dipekarangan tidak dihinggapi oleh benalu terus digalakkan. Kerugian akibat
parasit ini, apabila tidak ada usaha-usaha yang efektif, dampaknya dapat
menurunkan produksi, bahkan mengalami kegagalan panen.
PEMANFAATAN POHON KAPUK (Ceiba
petandra)
Selama
ini kapuk dikenal sebagai bahan pelindung sebagai isi produk interior dan fashion seperti kursi, pelampung tas,
pakaian, dan bantal. Berbeda dengan kapas yang mampu menjadi bahan utama
tekstil melalui pengolahan benangdan lembaran kain. Karakter kapuk yang licin,
berminyak dan berserat pendek, serta bersifat menolak air, adalah alasan yang
menjadikan kapuk tidak cocok untuk diolah menjadi benang produksi.
Tanaman
kapuk banyak memiliki manfaat bagi manusia, antara lain yaitu:
1. Serabut
kapuk yang merupakan produk utama, banyak digunakan untuk bahan baku berbagai
industri, misalnya:
a. pada industri mebel, serabut kapuk digunakan untuk pengisian bantal, kasur, pelampung dan jok kursi;
a. pada industri mebel, serabut kapuk digunakan untuk pengisian bantal, kasur, pelampung dan jok kursi;
b. pada
industri elektronika, serabut kapuk digunakan untuk isolator panas, peredam
suara, pengisi sabuk penolong dan pembalut luka; dan
c. pada
industri pemintalan, serabut kapuk digunakan untuk membuat benang, walaupun
serabut kapuk kurang baik karena mudah putus saat dipintal
2. Abu
kulit buah kapuk dapat dimanfaatkan untuk campuran dalam pembuatan sabun,
selain itu abu kulit buah kapuk juga terbukti dapat digunakan sebagai bahan
pupuk karena banyak mengandung Kalium (Ambarwati, dkk, 2006)
3. Biji kapuk banyak
mengandung minyak yang dapat dimanfaatkan pada industri minyak goreng, dan
minyak biji kapuk ini dapat digunakan untuk bahan pembuatan sabun dan bahan
membatik. Sedangkan bungkilnya dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak atau
pupuk organik.
4. Hati
kapuk dapat dimanfaatkan untuk bahan pengisi jok dan campuran serabut kapuk
dengan dihancurkan terlebih dahulu.
5. Batang
atau pohon tanaman kapuk sangat baik dijadikan papan untuk berbagai keperluan
seperti peti atau kotak pengemas, untuk dinding kandang dan bahan pembuatan
bangunan. Selain itu batang tanaman kapuk dapat digunakan
untuk bahan baku pembuatan kertas.
6. Kulit batang tanaman kapuk
dapat digunakan untuk bahan pembuatan caustik soda dan bahan untuk
pembuatan tali.
7. Akar dan daun tanaman kapuk yang masih muda dapat digunakan
untuk ramuan obat tradisional.
Pada
umumnya masyarakat lebih menyukai kapuk untuk berbagai keperluan dari pada
bahan lain, seperti limbah kapas, rumput laut, wol dan lain-lain. Menurut
Juanda dan Cahyono (1999) hal ini disebabkan karena kapuk memiliki beberapa
kelebihan, yaitu:
1. kapuk tidak mudah rusak karena tidak disukai oleh binatang
pengganggu;
2. penggunaan kapuk untuk berbagai keperluan memerlukan jumlah yang
lebih sedikit dibanding dengan bahan lain, misalnya untuk pengisian sebuah
kasur ukuran satu orang hanya memerlukan 9 kg kapuk;
3. kapuk tidak menyerap air sehingga bila basah mudah dikeringkan;
4. kapuk mudah dikembalikan keadaannya seperti semula hanya dengan
dijemur di panas matahari dan dibiarkan berhubungan dengan udara terbuka
beberapa waktu saja;
5. kapuk dapat dinetralisir tanpa kehilangan sifat-sifatnya yang
baik;
6. untuk pengisian berbagai keperluan, serabut-serabut kapuk tidak
membentuk gumpalan-gumpalan; dan
7. untuk bahan pengisian kasur lebih murah dan mudah perbaikannya.
Alat
pemisah serabut dengan biji kapuk dirancang berdasarkan pemikiran bahwa serabut
kapuk dan biji kapuk memiliki berat yang berbeda, dengan perbedaan ini maka
serabut kapuk dan biji kapuk dapat dipisahkan dengan suatu mesin centrifuse,
yaitu alat yang dapat digunakan untuk memisahkan berbagai materi dengan
karakteristik yang berbeda-beda (Giancoli, 1999).
Setelah
serabut kapuk terpisah dengan bijinya maka biji kapuk yang berat jenisnya lebih
besar akan jatuh ke bawah karena gaya gravitasi, sementara serabut kapuk yang
beratnya lebih ringan akan berada di bagian atas mesin centrifuse.
Penelitian yang pernah ada adalah pembuatan mesin pemisah kapuk randu oleh
Wilopo, mahasiswa Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta, yang pada
tahun 2000 berhasil menjadi juara III tingkat nasional Penelitian Inovasi
Teknologi. Namun demikian ada beberapa perbedaan antara alat yang telah ada
dengan alat yang akan peneliti buat, perbedaannya antara lain:
1. Mesin
pemisah kapuk randu: (a) pada alat ini
menggunakan mesin sebagai enggerak alat,
terdapat 2 mesin dengan fungsi yang berbeda. Mesin I berfungsi menggerakkan
alat pengoyak kapuk (mesin centrifuse) dan biji kapuk ditampung pada
satu tempat (tong) sehingga antara keduanya bercampur; dan (c) untuk
mendapatkan serabut murni, serabut yang telah terkoyak didorong ke suatu tong
dengan blower.
2. Alat pemisah serabut dengan biji
kapuk: (a) alat ini digerakkan dengan tenaga
manusia (tidak menggunakan mesin) sehingga cocok untuk industri kecil pedesaan.
Apalagi dengan kondisi kenaikan harga BBM yang begitu drastis, alat ini
dipandang lebih menguntungkan; (b) kapuk yang dipisahkan dengan alat ini sudah
bersih dari hati, sehingga hanya memisahkan serabut dengan biji kapuk; dan (c)
untuk mendapatkan serabut murni tidak memerlukan blower, tetapi serabut
yang masih bercampur dengan biji akan diputar oleh mesin centrifuse,
kemudian biji yang lebih berat akan jatuh ke bawah sedang serabut yang ringan
akan berada di bagian atas mesin centrifuse. Karena makin lama serat
makin banyak, maka dengan sendirinya serabut akan terdorong ke tempat kosong
yang disediakan melewati suatu lubang.
PROSES PRODUKSI KAPUK
Mulyadi (2010) menyatakan bahwa sebelum kapuk siap digunakan
untuk mengisi kasur, bantal, guling dan sebagainya, kapuk perlu mengalami
beberapa tahap pemrosesan. Berikut adalah tahapan proses pengolahan kapuk yang
dilakukan pada perusahan pengolahan kapuk di tempat kami tepatnya di Desa
Karaban Kabupaten Pati Jawa Tengah.
1) Pemilahan
kapuk gelondong kering
Kapuk yang
siap diproses di pabrik pengolahan kapuk adalah kapuk yang sudah benar-benar
kering. Akan lebih baik lagi kapuk yang kering di pohon, dengan ciri-ciri kulit
buah kapuk berkeriput berwarna kecoklatan dan serat kapuk menyembul pecah dari
kulitnya, menandakan bahwa kapuk siap untuk dipanen. Setelah kapuk sampai di
pabrik akan dilakukan pemilahan gelondong kapuk yang sudah benar-benar kering
dan yang masih basah. Hal ini dimungkinkan karena terkena air hujan akibat
pengiriman atau gelondong kapuk memang belum terlalu kering. Gelondong kapuk
yang belum kering kemudian dijemur di bawah terik matahari hingga benar-benar
kering
2) Pengupasan
kulit kapuk
Pengupasan
kulit kapuk bertujuan untuk memisahkan serat kapuk dari kulit gelondong.
Pekerjaan ini dilakukan secara manual dengan tenaga kerja manusia.
3) Pemisahan
serat kapuk dengan ati
Setelah
kapuk dikupas kemudian dipisahkan dari ati tempat menempelnya serat kapuk.
Pekerjaan ini juga dilakukan dengan tenaga kerja manusia.
4) Pengeringan
Kapuk yang sudah dipisahkan dari
batang ati kemudian dikeringkan dibawah terik sinar matahari selama 3-5 jam
sampai benar-benar kering dengan cara sering diaduk/dibalik. Tempat pengeringan
ini dibuat secara khusus dengan bangunan berdinding yang bagian atasnya ditutup
dengan kasa kelambu, sedangkan lantainya terbuat dari beton plester. Hal ini
bertujuan agar debu dan serat kapuk yang sudah kering tidak berterbangan
sehingga mencemari lingkungan.
5) Pemisahan
serat kapuk dengan biji
Setelah kapuk kering pekerjaan
belumlah selesai, karena kapuk masih mengandung biji (klentheng). Kapuk yang
sudah kering kemudian dilakukan pemisahan dengan menggunakan peralatan
mesin/penggilingan. Peralatan yang kami gunakan adalah dengan menggunakan mesin
penggerak diesel berkekuatan 12 PK. Prinsip kerja dari alat ini adalah, pertama
kali kapuk yang sudah kering dimulut corong dihisap dengan mesin vacum kemudian
kisi-kisi yang berbentuk kipas akan mengaduk-aduk kapuk sehingga terpisah dari
bijinya. Setelah biji rontok kemudian diayak melalui beberapa tahapan. Terakhir
dengan mesin blower biji dan kapuk dipisahkan dan disalurkan pada masing-masing
penampungan. Pekerjaan penggilingan ini harus dilakukan secara cermat sehingga
menghasilkan serat kapuk yang berkualitas dengan tidak merusak struktur serat
kapuk.
Referensi:
Ambarwati, Dwi
Astuti dan Sri Darnoto. 2006. Pemanfaatan Abu Kulit Buah Kapuk (Ceiba
petandra) sebagai Pupuk untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung (Zea
mays). Laporan Penelitian Reguler. Lembaga Penelitian UMS.
Direktorat Budidaya
Tanaman Tahunan. 2008. Budidaya Kapuk. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.
Giancoli, D. C. 1999. Fisika Jilid 1. Edisi kelima.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Juanda JS D dan
Bambang C. 1999. Kapuk Budi Daya dan
Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
Mulyadi, A. 2010.
Proses Produksi Kapuk. Diakses dari: http://d5d.org/bentuk-sel-batang-kapuk#.UU8hrhdHJoc [1 Maret 2013] [12.12 WIB].