Minggu, 31 Maret 2013

Budidaya, Pemanfaatan dan Proses Produksi Kapuk (Ceiba petandra)


Esty Nidianty / 101201140
HUT 6 D
Mata Kuliah : Agroindustri
Dosen Penanggung Jawab : Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si
BUDIDAYA KAPUK (Ceiba petandra)
            Kapuk merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia yang merupakan pohon multiguna dimana memberikan banyak manfaat tidak hanya berupa barang namun dapat berupa jasa. Kapuk dikenal dengan sebutan Kapok, Sumauma, Kapas Jawa dan Silk Cotton. Tanaman kapuk di beberapa tempat di Indonesia telah diusahakan secara intensif. Tanaman kapuk di Indonesia dikembangkan oleh rakyat, perkebunan swasta dan perkebunan pemerintah (BUMN). Areal seluruhnya saat ini mencapai 250.500 ha dengan produksi serat mencapai 84.700 kg.
     Menurut Tjitrosoepomo (2000) tanaman kapuk secara taksonomi tergolong pada: Divisio: Spermatophyta, subdivisio: Angiospermae, class: Dicotyledonae, ordo: Bombales, famili: Bambaceae, genus: Ceiba dan species: Ceiba petandra. Buah, yang masih muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi coklat sampai hitam apabila sudah memasuki fase tua. Di dalam buah kapuk terdapat seratbut kapuk, biji dan hati kapuk.
          Kapuk digolongkan menjadi dua klon, yaitu: (1) klon Caribean (caribaca), terdiri dari kapuk Suriname dan kapuk Congo; dan (2) klon Indica (kapuk jawa), terdiri dari kapuk randu biasa dan kapuk randu alas. Untuk budi daya kapuk yang biasa dilakukan adalah kapuk randu biasa karena kapuk jenis ini berumur genjah dan dapat berproduksi setiap tahun.
 Tipe Karibea pohonnya berukuran besar, tinggi mencapai 50 meter dan cabang terbawah dari permukaan tanah sekitar 10 meter. Di Amerika maupun di Afrika pohon-pohon tersebut dapat ditemukan di lapangan dengan mahkota yang sangat besar. Kecuali tipe yang bercabang rendah, juga ada tipe yang bercabang sangat tinggi, bercabang, tetapi mahkotanya kurang kokoh. Tipe ini tumbuh dihutan-hutan tropis, contohnya antara lain kapuk Suriname dan Congo, yang akan di bahas lebih lanjut. Tipe Indika pohonnya berukuran relatif lebih kecil dibanding tipe Karibea dan tidak dapat bersaing dengan vegetasi-vegetasi liar.
Sel kapuk randu adalah seperti halnya dengan sel kapas yang berbentuk memanjang, perbedaannya antara Sel Kapuk Randu yaitu pada sel kapuk tidak terdapat torsi, sehingga sel kapas hanya berupa lumen (rongga sel) yang dibatasi oleh dinding sel dengan lingkungan luar. Oleh karena itu sel kapuk mampu menyimpan udara sehingga baik digunakan sebagai bahan isolasi. Serat kapuk banyak digunakan sebagai bahan kasur atau bantal. Biasanya, kasur jika telah lama digunakan, maka sel-sel kapuknya akan terisi air yang berasal dari keringat kita, sehingga tidak empuk lagi. Oleh karena itu, kasur tersebut harus dijemur di bawah terik matahari, untuk menguapkan airnya, sehingga dapat dipakai kembali.
Serat kapuk berasal dari sel epidermis dari kulit buah. Sel-sel ini mulai tumbuh kira-kira 16 hari sesudah pembungaan, yaitu waktu pembelahan sel telur dan ada kepastian buah tidak rontok. Serat yang sudah tua membentuk lumen yang kosong berdinding tipis dan terisi udara serta tertutup pada kedua ujungnya. Dindingnya licin dan dilapisi lapisan lilin sehingga serat kapuk sangat ringan dan mempunyai kemampuan mengisolasi panas dan suara. Dinding serat kapuk licin dan tidak terpilin sehingga serat kapuk tidak dapat dipintal menjadi benang karena antara serat yang satu dengan yang lain tidak melekat menjadi satu.

PEMBIBITAN
Bibit kapuk dapat berasal dari biji atau stek. Penangkaran dengan biji didahului dengan persemaian. Pada pembuatan pesemaian kapuk yang penting adalah pengerjaan tanah. Permukaan bedengan dibuat merata dan pembuangan air mudah dilakukan, karena air yang menggenang berakibat fatal bagi tanaman yang masih muda. Jarak tanam di bedengan 20 cm x 20 cm dengan memakai 3 biji per lubang, kemudian setelah sebulan disisakan satu tanaman yang terbaik. Cara lainnya dengan disebar dalam bak-bak yang kemudian dipindahkan ke bedengan, sehingga diperoleh tanaman yang rata dan tumbuh baik, tetapi apabila ada gangguan hama kumbang Nisotra, pada tanaman kapuk muda daunnya habis termakan. Tanaman kapuk pada umumnya dapat dipindahkan ke lapangan setelah umur satu tahun di persemaian, setinggi kira- kira satu meter.
Okulasi tanaman kapuk banyak menggunakan Togo B sebagai batang bawah. Hasilnya menunjukkan beberapa keuntungan antara lain : pada sambungan batang bawah dan atas (mata tunas) tidak timbul benjolan seperti layaknya bibit berasal dari biji. Keuntungan lain adalah diperoleh tanaman yang sama unggulnya dengan tanaman induknya.
PENANAMAN
Jarak tanam yang terbaik untuk tanaman kapuk tergantung tipe kapuk yanag ditanam. Pada umumnya tanaman kapuk tidak boleh ditanam terlalu dekat satu sama lain. Di perkebunan-perkebunan umumnya jarak tanam yang diterapkan 8 x 8 m sampai 10 x 10 m. Di kebun Percobaan Muktiharjo, Pati, pada tahun 1978 tanaman koleksi menggunakan jarak tanam 8 x 8 m. Setelah umur 12 tahun cabang-cabang sudah saling menutup yang menyebabkan penurunan produksi. Pada tahun 1991 dilakukan peremajaan sekaligus menata ulang jarak tanamnya yaitu 15 x 15 m. Ternyata setelah umur 7 tahun menunjukkan pembuahan yang baik. Produksi yang tertinggi pada umur tersebut adalah klon Congo 2 x Lanang atau (C 2 x L) yaitu 992 glondong/pohon/tahun. Sebagai kompensasi hasil pada jarak yang lebar dapat ditambahkan tanaman sela untuk meningkatkan pendapatan per satuan lahan.

TANAMAN SELA
Tanaman semusim atau tahunan dapat ditanam diantara tegakan tanaman kapuk sebagai tanaman sela. Menurut penelitian, kapuk sangat baik dikombinasikan dengan tanaman kakao. Kakao sebagai tanaman bawah dan kapuk berfungsi sebagai tanaman pelindung. Syarat-syarat yang dihendaki oleh tanaman kapuk terhadap tanah dan iklim, seyogianya sama dengan tanaman kakao. Ada daerah-daerah yang masih layak untuk tanaman kapuk, tetapi terlalu kering untuk tanaman kakao. Kadang-kadang kita juga menemukan kombinasi tanaman kapuk dengan tanaman kopi (robusta). Kombinasi ini kurang baik dibanding dengan tanaman kakao, karena pada musim kemarau yang sesuai untuk tanaman kapuk justru terlalu panjang untuk tanaman kopi.
PEMELIHARAAN
Dikaitkan dengan cara panen dengan memukul buah di pohon, agar buah yang jatuh diatas tanah mudah diambil, maka disarankan agar tanah dibersihkan pada akhir musim kemarau. Tanah dikerjakan secara minimum pada akhir musim penghujan, dan dengan demikian dapat mencegah penguapan air tanah. Pada dasarnya tanaman kapuk sendiri hanya sedikit memerlukan pemeliharaan. Pemangkasan tidak dilakukan pada tanaman kapuk, hanya menyingkirkan dahan-dahan yang mati, dan tanaman Loranthaceae (kemladean). Untuk itu perlu diawasi secara intensip agar tidak ada biji tanaman kemladean yang bisa berkembang. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Dosis yang diberikan tergantung umur tanaman dan kebutuhan hara berdasarkan analisa tanah. Umur 1- 5 tahun umumnya kebutuhan pupuk 1,0 kg urea + 0,5 kg SP36 + 0,5 kg KCl per pohon per tahun yang diberikan dua kali, setengahnya pada awal musim penghujan dan sisanya akhir musim penghujan. Semakin tua tanaman dosis pupuk yang diberikan semakin tinggi.

ORGANISME PENGGANGGU
Tanaman kapuk tidak banyak mendapat gangguan hama atau penyakit kecuali gangguan parasit dari keluarga Loranthaceae. Parasit ini disebarkan oleh beberapa jenis burung tertentu, yang memakan buah-buah benalu dan meninggalkannya berupa biji pada tangkai kapuk, karena adanya cairan yang lekat. Apakah biji tersebut akan berkecambah, tergantung pada tanaman inang. Tanaman kapuk Jawa (Indika) sangat peka terhadap benalu, sebaliknya tipe karibea mempunyai daya resistensi yang lebih besar. Cara mengatasinya adalah membersihkan kemudian menjaga agar pohon-pohon tetap bersih dari benalu. Penyuluhan kepada petani agar semua jenis tanaman yang ada dipekarangan tidak dihinggapi oleh benalu terus digalakkan. Kerugian akibat parasit ini, apabila tidak ada usaha-usaha yang efektif, dampaknya dapat menurunkan produksi, bahkan mengalami kegagalan panen. 

PEMANFAATAN POHON KAPUK (Ceiba petandra)
Selama ini kapuk dikenal sebagai bahan pelindung sebagai isi produk interior dan fashion seperti kursi, pelampung tas, pakaian, dan bantal. Berbeda dengan kapas yang mampu menjadi bahan utama tekstil melalui pengolahan benangdan lembaran kain. Karakter kapuk yang licin, berminyak dan berserat pendek, serta bersifat menolak air, adalah alasan yang menjadikan kapuk tidak cocok untuk diolah menjadi benang produksi.
Tanaman kapuk banyak memiliki manfaat bagi manusia, antara lain yaitu:

1.      Serabut kapuk yang merupakan produk utama, banyak digunakan untuk bahan baku berbagai industri, misalnya:
 a.     pada industri mebel, serabut kapuk digunakan untuk pengisian bantal, kasur, pelampung dan jok kursi;
b.      pada industri elektronika, serabut kapuk digunakan untuk isolator panas, peredam suara, pengisi sabuk penolong dan pembalut luka; dan
c.       pada industri pemintalan, serabut kapuk digunakan untuk membuat benang, walaupun serabut kapuk kurang baik karena mudah putus saat dipintal
2.      Abu kulit buah kapuk dapat dimanfaatkan untuk campuran dalam pembuatan sabun, selain itu abu kulit buah kapuk juga terbukti dapat digunakan sebagai bahan pupuk karena banyak mengandung Kalium (Ambarwati, dkk, 2006)
3.  Biji kapuk banyak mengandung minyak yang dapat dimanfaatkan pada industri minyak goreng, dan minyak biji kapuk ini dapat digunakan untuk bahan pembuatan sabun dan bahan membatik. Sedangkan bungkilnya dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak atau pupuk organik.
4.  Hati kapuk dapat dimanfaatkan untuk bahan pengisi jok dan campuran serabut kapuk dengan dihancurkan terlebih dahulu.
5.   Batang atau pohon tanaman kapuk sangat baik dijadikan papan untuk berbagai keperluan seperti peti atau kotak pengemas, untuk dinding kandang dan bahan pembuatan bangunan. Selain itu batang tanaman kapuk dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan kertas.
6.   Kulit batang tanaman kapuk dapat digunakan untuk bahan pembuatan caustik soda dan bahan untuk pembuatan tali.
7.      Akar dan daun tanaman kapuk yang masih muda dapat digunakan untuk ramuan obat tradisional.
Pada umumnya masyarakat lebih menyukai kapuk untuk berbagai keperluan dari pada bahan lain, seperti limbah kapas, rumput laut, wol dan lain-lain. Menurut Juanda dan Cahyono (1999) hal ini disebabkan karena kapuk memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1.      kapuk tidak mudah rusak karena tidak disukai oleh binatang pengganggu;
2.   penggunaan kapuk untuk berbagai keperluan memerlukan jumlah yang lebih sedikit dibanding dengan bahan lain, misalnya untuk pengisian sebuah kasur ukuran satu orang hanya memerlukan 9 kg kapuk;
3.      kapuk tidak menyerap air sehingga bila basah mudah dikeringkan;
4.   kapuk mudah dikembalikan keadaannya seperti semula hanya dengan dijemur di panas matahari dan dibiarkan berhubungan dengan udara terbuka beberapa waktu saja;
5.      kapuk dapat dinetralisir tanpa kehilangan sifat-sifatnya yang baik;
6.      untuk pengisian berbagai keperluan, serabut-serabut kapuk tidak membentuk gumpalan-gumpalan; dan
7.      untuk bahan pengisian kasur lebih murah dan mudah perbaikannya.
Alat pemisah serabut dengan biji kapuk dirancang berdasarkan pemikiran bahwa serabut kapuk dan biji kapuk memiliki berat yang berbeda, dengan perbedaan ini maka serabut kapuk dan biji kapuk dapat dipisahkan dengan suatu mesin centrifuse, yaitu alat yang dapat digunakan untuk memisahkan berbagai materi dengan karakteristik yang berbeda-beda (Giancoli, 1999).
Setelah serabut kapuk terpisah dengan bijinya maka biji kapuk yang berat jenisnya lebih besar akan jatuh ke bawah karena gaya gravitasi, sementara serabut kapuk yang beratnya lebih ringan akan berada di bagian atas mesin centrifuse. Penelitian yang pernah ada adalah pembuatan mesin pemisah kapuk randu oleh Wilopo, mahasiswa Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta, yang pada tahun 2000 berhasil menjadi juara III tingkat nasional Penelitian Inovasi Teknologi. Namun demikian ada beberapa perbedaan antara alat yang telah ada dengan alat yang akan peneliti buat, perbedaannya antara lain:
1.    Mesin pemisah kapuk randu: (a) pada alat ini menggunakan mesin sebagai  enggerak alat, terdapat 2 mesin dengan fungsi yang berbeda. Mesin I berfungsi menggerakkan alat pengoyak kapuk (mesin centrifuse) dan biji kapuk ditampung pada satu tempat (tong) sehingga antara keduanya bercampur; dan (c) untuk mendapatkan serabut murni, serabut yang telah terkoyak didorong ke suatu tong dengan blower.
2.  Alat pemisah serabut dengan biji kapuk: (a) alat ini digerakkan dengan tenaga manusia (tidak menggunakan mesin) sehingga cocok untuk industri kecil pedesaan. Apalagi dengan kondisi kenaikan harga BBM yang begitu drastis, alat ini dipandang lebih menguntungkan; (b) kapuk yang dipisahkan dengan alat ini sudah bersih dari hati, sehingga hanya memisahkan serabut dengan biji kapuk; dan (c) untuk mendapatkan serabut murni tidak memerlukan blower, tetapi serabut yang masih bercampur dengan biji akan diputar oleh mesin centrifuse, kemudian biji yang lebih berat akan jatuh ke bawah sedang serabut yang ringan akan berada di bagian atas mesin centrifuse. Karena makin lama serat makin banyak, maka dengan sendirinya serabut akan terdorong ke tempat kosong yang disediakan melewati suatu lubang.

PROSES PRODUKSI KAPUK
Mulyadi (2010) menyatakan bahwa sebelum kapuk siap digunakan untuk mengisi kasur, bantal, guling dan sebagainya, kapuk perlu mengalami beberapa tahap pemrosesan. Berikut adalah tahapan proses pengolahan kapuk yang dilakukan pada perusahan pengolahan kapuk di tempat kami tepatnya di Desa Karaban Kabupaten Pati Jawa Tengah.
1)      Pemilahan kapuk gelondong kering
Kapuk yang siap diproses di pabrik pengolahan kapuk adalah kapuk yang sudah benar-benar kering. Akan lebih baik lagi kapuk yang kering di pohon, dengan ciri-ciri kulit buah kapuk berkeriput berwarna kecoklatan dan serat kapuk menyembul pecah dari kulitnya, menandakan bahwa kapuk siap untuk dipanen. Setelah kapuk sampai di pabrik akan dilakukan pemilahan gelondong kapuk yang sudah benar-benar kering dan yang masih basah. Hal ini dimungkinkan karena terkena air hujan akibat pengiriman atau gelondong kapuk memang belum terlalu kering. Gelondong kapuk yang belum kering kemudian dijemur di bawah terik matahari hingga benar-benar kering
2)      Pengupasan kulit kapuk
Pengupasan kulit kapuk bertujuan untuk memisahkan serat kapuk dari kulit gelondong. Pekerjaan ini dilakukan secara manual dengan tenaga kerja manusia.
3)      Pemisahan serat kapuk dengan ati
Setelah kapuk dikupas kemudian dipisahkan dari ati tempat menempelnya serat kapuk. Pekerjaan ini juga dilakukan dengan tenaga kerja manusia.
4)  Pengeringan
Kapuk yang sudah dipisahkan dari batang ati kemudian dikeringkan dibawah terik sinar matahari selama 3-5 jam sampai benar-benar kering dengan cara sering diaduk/dibalik. Tempat pengeringan ini dibuat secara khusus dengan bangunan berdinding yang bagian atasnya ditutup dengan kasa kelambu, sedangkan lantainya terbuat dari beton plester. Hal ini bertujuan agar debu dan serat kapuk yang sudah kering tidak berterbangan sehingga mencemari lingkungan.
5)      Pemisahan serat kapuk dengan biji
Setelah kapuk kering pekerjaan belumlah selesai, karena kapuk masih mengandung biji (klentheng). Kapuk yang sudah kering kemudian dilakukan pemisahan dengan menggunakan peralatan mesin/penggilingan. Peralatan yang kami gunakan adalah dengan menggunakan mesin penggerak diesel berkekuatan 12 PK. Prinsip kerja dari alat ini adalah, pertama kali kapuk yang sudah kering dimulut corong dihisap dengan mesin vacum kemudian kisi-kisi yang berbentuk kipas akan mengaduk-aduk kapuk sehingga terpisah dari bijinya. Setelah biji rontok kemudian diayak melalui beberapa tahapan. Terakhir dengan mesin blower biji dan kapuk dipisahkan dan disalurkan pada masing-masing penampungan. Pekerjaan penggilingan ini harus dilakukan secara cermat sehingga menghasilkan serat kapuk yang berkualitas dengan tidak merusak struktur serat kapuk.

Referensi:
Ambarwati, Dwi Astuti dan Sri Darnoto. 2006. Pemanfaatan Abu Kulit Buah Kapuk (Ceiba petandra) sebagai Pupuk untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung (Zea mays). Laporan Penelitian Reguler. Lembaga Penelitian UMS.

Direktorat Budidaya Tanaman Tahunan. 2008. Budidaya Kapuk. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Giancoli, D. C. 1999. Fisika Jilid 1. Edisi kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Juanda JS D dan Bambang C. 1999. Kapuk Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.

Mulyadi, A. 2010. Proses Produksi Kapuk. Diakses dari: http://d5d.org/bentuk-sel-batang-kapuk#.UU8hrhdHJoc [1 Maret 2013] [12.12 WIB].



















Minggu, 06 Januari 2013

POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH DI KOTA MEDAN PADA SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI

POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH DI KOTA MEDAN PADA SEKTOR PERDAGANGAN DAN INDUSTRI


Dosen Pembimbing :
Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si

Disusun Oleh :
Esty Nidianty/101201140
HUT 5D
Program Studi Kehutanan, Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1590 oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Kota Medan memiliki luas wilayah sebesar 265,1 km2 atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu, topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Secara administratif, Medan berbatas Utara dengan Selat Malaka dan Deli Serdang serta berbatasan Selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Menurut stasiun Polonia pada tahun 2008 suhu udara berkisar antara 22.9°C-32.8°C dan menurut stasion Sampali antara 23.1°-32,3°C, Kelembaban udara: 82-84% dan Curah hujan 176,08-203,5 mm.
Kota Medan ini terdiri dari beberapa kecamatan meliputi: Medan Tuntungan (20,68 km2), Medan Selayang (12,81 km2), Medan Johor (14,58 km2), Medan Amplas (11,19 km2), Medan Denai (9,05 km2), Medan Tembung (7,99 km2), Medan Kota (5,27 km2), Medan Area (5,52 km2), Medan Baru (5,84 km2), Medan Polonia (9,01 km2), Medan Maimun (2,98 km2), Medan Sunggal (15,44 km2), Medan Helvetia (13,16 km2), Medan Barat (6,82 km2), Medan Petisah (5,33 km2), Medan Timur (7,76 km2), Medan Perjuangan (4,09 km2), Medan Deli (20,84 km2), Medan Labuhan (36,67 km2), Medan Marelan (23,82 km2) dan Medan Belawan (26,25 km2). Untuk kelurahan yang ada di Kota Medan terdiri dari 151 kelurahan. Jumlah penduduk Kota Medan sampai sekarang ini berkisar 2 juta orang. Dari luas wilayah Kota Medan dapat dipresentasikan sebagai berikut : Pemukiman 36,3%, Perkebunan 3,1%, Lahan Jasa 1,9%, Sawah 6,1%, Perusahaan 4,2%, Kebun Campuran 45,4%, Industri 1,5% dan Hutan Rawa 1,8%.
Permasalahan
Dalam membangun suatu kota, rencana menjadi hal yang sangat penting. Tanpa perencanaan yang matang maka pembangunan suatu kota sudah pasti tidak akan berhasil. Kota Medan sendiri sering dituding tidak memiliki arah pembangunan yang jelas. Akibatnya muncul pernyataan maupun pendapat masyarakat yang salah kaprah. Kondisi ini menjadi perhatian Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda) Kota Medan, Ir. Zulkarnain (Arifin, 2011).
Tujuan
            Tujuan dari makalah yang berjudul “Potensi Pengembangan Wilayah di Kota Medan pada Sektor Perdagangan dan Industri” adalah untuk menghitung dan mengetahui potensi pengembangan wilayah akibat sektor industri dan perdagangan serta dampak sektor tersebut bagi sektor lain.
BAB II
POTENSI PENGEMBANGAN
            Letak Kota Medan sangat strategis karena keberadaannya dekat dengan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Kota Medan ini mewadahi berbagai fungsi, yaitu sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi kepariwisataan, serta berbagai pusat perdagangan regional dan internasional.
            Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Di samping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air besih dan Kawasan Industri Medan (KIM).
            Di Kota Medan terdapat beberapa bidang usaha potensial. Perekonomian Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (35,02%), yang disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 19,70%. Dari besaran nilai kedua sektor tersebut maka dapat dikatakan bahwa potensi unggulan yang paling mungkin berkembang di Kota Medan adalah sektor perdagangan dan industri. Seperti diketahui, dengan status Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia maka wajar bila arahan pembangunan kota lebih menitikberatkan pada kedua sektor tersebut, apalagi dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang ada.
Kawasan Industri    
            Sebagai kota industri, perdagangan dan jasa terkemuka di Indonesia, Kota Medan telah menyiapkan berbagai fasilitas penunjang bagi kegiatan industri, termasuk menyediakan sebuah kawasan yang modern dan terkelola secara professional.
Kawasan Industri Medan (KIM) berlokasi di Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli dengan areal seluas 524 hektar. PT. KIM resmi berdiri menjadi perseroan sejak tanggal 7 Oktober 1988. Areal kawasan ini dibelah oleh dua jalur tol dari Kota Medan menuju pelabuhan Belawan. Posisinya sangat strategis dengan jarak 8 kilometer ke pelabuhan belawan, 15 kilometer ke bandara udara polonia serta 10 kilometer ke pusat Kota Medan. Berbagai fasilitas penunjang yang dimiliki kawasan industri medan antara lain pengolahan air limbah, air bersih, air hydran, listrik, telepon, gas, keamanan, pemadan kebakaran dan poliklinik. Investor asing yang menanamkan modalnya di KIM antara lain berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Australia, Swedia, Filipina, Jerman, Swiss dan Yaman. Pada tahun 2004 berdasarkan Medan Dalam Angka 2007 Data Industri, Listrik, Gas dan Air Minum Kota Medan, jenis perusahaannya terdiri dari PMDN berjumlah 135, Perusahaan Non-PMDN berjumlah 78 dan Perusahaan BUMN/BUMD berjumlah 4.

Perdagangan dan Jasa
            Kota Medan memiliki berbagai sarana penunjang kegiatan perdagangan dan jasa seperti pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, plaza, mal, pusat hiburan (entertainment) dan rekreasi, pusat jajanan malam serta taman budaya. Dalam dua tahun terakhir, Kota Medan diramaikan pula dengan kehadiran sejumlah pusat perbelanjaan/plaza bertaraf internasional seperti sun plaza, medan fair plaza, grand palladium dan lain sebagainya. Berdasarkan data tahun 2004, jumlah pusat perdagangan seperti : Mall/plaza/hypermarket berjumlah 15, Supermarket berjumlah 14, Pasar swalayan berjumlah 29, Pusat pasar/pasar inpres berjumlah 14, Pasar kecil/tradisional berjumlah 24, dan Pasar lingkungan/malam hari berjumlah 31.

BAB III
ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH
Teori Lokasi (Pertumbuhan)
            Letak Kota Medan sangat strategis karena keberadaannya dekat dengan Pelabuhan Belawan di jalur Selat Malaka yang merupakan pintu gerbang atau pintu masuk wisatawan dan perdagangan barang dan jasa baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor).
            Di Kota Medan terdapat beberapa bidang usaha potensial. Perekonomian Kota Medan tahun 2000 didominasi oleh kegiatan perdagangan, hotel dan restoran (35,02%), yang disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 19,70%. Dari besaran nilai kedua sektor tersebut maka dapat dikatakan bahwa potensi unggulan yang paling mungkin berkembang di Kota Medan adalah sektor perdagangan dan industri.
Berdasarkan data kependudukan Tahun 2010 dari Badan Penanman Modal Kota Medan, penduduk Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.712.236 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria. Sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 566.611 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.Komposisi tenaga kerja berdasarkan pendidikan antara lain, Sarjana 72%, Diploma 10,26%, SMA/SMP 67,27%, SD 5,16%, Tidak Sekolah 0,59%.
Linkage (terkait dengan industri lain)
            Teori Linkage adalah teori tentang efek terkait baik barang / ekonomi dengan aspek pengembangan wilayah. Linkage Theory ini memiliki dua pendekatan, yaitu :
a.       Alur proses produksi
Berkaitan dengan input dan output dari linkage effect antara up stream dan down stream.
b.      Alur distribusi
Proses penyaluran dari linkage effect antara forward dan backward, tidak berhubungan dengan input (bahan baku).
            Berdasarkan Dinas Komunikasi dan Informatika Pemprovsu (2011) di Kota Medan terdapat potensi pendukung bidang usaha potensial antara lain :
1.      Perdagangan, Hotel dan Restoran
Sebagai daerah yang berada pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara memiliki posisi strategis. Kota ini menjadi pintu bagi arus penumpang dan juga perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri. Bagi Kota Medan, kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota.
2.      Pelabuhan Laut Belawan
Pelabuhan laut berperan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. Pelabuhan laut yang menjadi andalan Kota Medan adalah Pelabuhan Belawan yang berjarak 26 km dari pusat kota. Pelabuhan ini tidak hanya berperan penting bagi perekonomian Kota Medan, namun juga bagi Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan ekspor dan impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di pelabuhan ini yang dapat dilihat dari aktivitas bongkar muat barang setiap harinya. Sampai saat ini Pelabuhan Belawan telah memiliki fasilitas pelabuhan penumpang dan barang termasuk terminal peti kemas. Kecenderungan berkembangnya jasa transportasi lewat laut ini memerlukan suatu fasilitas tambahan yang lebih memadai. Terbatasnya daya tampung barang di pelabuhan menuntut suatu pembangunan fasilitas dengan lokasi yang dekat dengan pelabuhan tetapi memadai. Sesuai dengan arahan perkembangan Kota Medan pada masa mendatang perlu dilakukan investasi pada bidang usaha peti kemas dan pergudangan tersebut.
3.      Bandara Polonia
Bandara Polonia yang terletak di ibukota Provinsi Sumatera Utara yang satu-satunya merupakan Bandara Internasional di Pulau Sumatera yang dilengkapi dengan fasilitas operasional yang cukup baik sehingga pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 dapat mendarat. Bandara Polonia selain menunjang transportasi Internasional juga mempunyai peran yang sangat tinggi melayani transportasi nasional dan regional sehingga keberadaan Bandara Polonia dapat menunjang kegiatan perekonomian di wilayah Bagian Barat Indonesia maupun ke luar negeri khususnya dalam rangka menunjang kerjasama ekonomi sub Regional IMT-GT.
4.      Hasil Industri Kecil
Terdapat sepuluh produk yang dijadikan andalan Kota Medan bila dilihat dari segi pasarnya. Komoditi unggulan ini termasuk produk konsumsi sederhana, inisialnya perabot rumah tangga dari kayu, anyaman rotan, alas kaki dan barang hasil konveksi. Adapun komoditi unggulan dar iindustri kecil makanan inisialnya kopi olahan, sirup markisa, bika ambon dan kerupuk ubi. Salah satu produk makanan ini, bika ambon telah menjadi buah tangan yang khas untuk dibawa bagi yang berkunjung ke Kota Medan.
5.      Pengembangan Kawasan Industri
Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia, maka seperti kota besar pada umumnya, Medan memiliki kawasan industri. Untuk mengantisipasi perkembangan industri dan kebutuhan lokasi berusaha yang lebih besar, pemerintah kota menyediakan Kawasan Industri Baru (KIB), yang terletak di Kecamatan Medan Labuhan dengan lahan yang disediakan 650 Ha, dan masih bisa dikembangkan menjadi 1000 Ha. Untuk kegiatan industri kecilpun tersedia Perkampungan Industri Kecil (PIK) yang terletak di Kecamatan Medan Denai. Ada satu kawasan industri di Medan yaitu Kawasan Industri Medan (KIM) dekat Pelabuhan Belawan. KIM memiliki luas lahan 514 Ha dan disediakan fasilitas listrik 120 MW. Saat ini terdapat 86 perusahaan swasta nasional yang menempati lokasi tersebut berdampingan dengan 17 perusahaan asing. Dan Kota Medan dinilai sebagai kota yang aman untuk berinvestasi di Indonesia.
6.      Pariwisata
Di luar potensi bisnisnya, Kota Medan sangatlah layak menjadi tujuan wisata. Selain untuk mengunjungi lokasi seperti Danau Toba atau Berastagi yang sejuk, Kota Medan sendiri sarat dengan objek wisata. Tujuan wisata di Kota Medan diantarnya adalah Taman Buaya di kawasan Sunggal, berisikan 3000 ekor buaya aneka jenis. Namun wisata yang paling menarik di Kota Medan adalah bangunan tuanya yang dibangun dari pertengahan abad XX di Medan. Dan sebagian besar bangunan tua itu masih ada sampai kini, indah dan memberi gambaran utuh pada Kota Medan masa lalu.
Teori Multiplier
            Multiplier Effect Theory ini merupakan teori yang mengutamakan keseimbangan antara pendapatan (income) dengan pergerakan industri atau perusahaan. Dimana terdapat hubungan ekonomi antardaerah baik input maupun output melalui proses produksi yang melibatkan gaji dan upah, keuntungan perusahaan dan sewa-menyawa sebagai nilai tambah bersih (alokasi income/pendapatan).
Upah Mimimum Regional menurut lapangan usaha antara lain sebagai berikut :
·         Industri                                                     Rp       1.009.800
·         Bangunan/Konstruksi                                Rp       1.009.800
·         Perdagangan, Hotel dan Restoran              Rp         963.900
·         Angkutan                                                  Rp         991.440
·         Bank dan Lembaga Keuangan lainnya       Rp       1.009.800
·         Jasa lainnya                                               Rp      1.009.800
Input dan Output
            Suatu daerah harus mempunyai input yang berasal dari daerah yang berfungsi untuk menambah nilai tambah, meningkatkan jumlah tenaga kerja, dan menambah jumlah pasar. Sedangkan output merupakan produk akhir (end use product) maka pemasaran dilakukan keluar untuk memasukan kapita (devisa). Jika produk yang dihasilkan produk antara maka dijual ke dalam agar terserap oleh industri pada daerah itu sendiri.
            Pada tahun 2001, laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan terus meningkat hingga mengalami pertumbuhan sebesar 5,23%. Para pelaku ekonomi sudah mulai melakukan perbaikan dan antisipasi dibidang ekonomi dan didukung dengan suku bunga bank yang telah menurun, sehingga kegiatan ekonomi sektor riil mulai bergerak menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi di Kota Medan mengalami kenaikan positif.
Tabel. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan Per Sektor Tahun 1997 – 2001
No
Lapangan Usaha/Sektor
Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
1
Pertanian
6,92
1,18
1,28
9,43
10,41
2
Penggalian
5,20
-26,12
28,73
24,87
8,83
3
Industri
6,37
-22,16
1,35
3,25
3,35
4
Listrik, Gas dan Air
6,06
3,66
5,10
4,92
5,75
5
Bangunan
6,21
-32,60
26,26
15,36
5,16
6
Perdagangan
11,79
-23,10
10,20
3,82
6,15
7
Angkutan
6,26
-19,82
2,42
9,84
5,86
8
Keuangan
6,48
-12,65
-10,56
1,41
3,63
9
Jasa
4,14
-12,15
7,02
5,06
2,47
PDRB
7,73
-18,11
3,52
5,40
5,23

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2002 (Medan Dalam Angka 2002)
Struktur perekonomian Kota Medan didominasi oleh 4 (empat) lapangan usaha utama yaitu Industri Pengolahan (14,28%), Perdagangan, Hotel dan Restoran (28,10%), Pengangkutan dan Telekomunikasi (19,38%) serta Keuangan, Persewaan dan Jasa (14,42%). Keempat sektor ini memberi kontribusi sekitar 76,18% terhadap perekonomian daerah.
            Pendapatan per kapita sebagai salah satu indikator untuk melihat kemakmuran masyarakat merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan Jumlah Penduduk. Pendapatan per kapita masyarakat Kota Medan atas dasar harga berlaku pada tahun 2000 mencapai Rp 6.264.429,65 atau mengalami kenaikan yang cukup besar bila dibandingkan dengan pendapatan per kapita pada tahun 1993 yang baru mencapai Rp 2.402.155,05. Angka ini menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu secara umum kesejahteraan masyarakat Kota Medan semakin meningkat.

BAB IV
KENDALA DAN TANTANGAN
Faktor Internal
            Faktor internal ini berkaitan dengan penyediaan bahan baku, tenaga kerja, lapangan pekerjaan, dll yang bersifat intern. Di Kota Medan terdapat dua sektor potensial yaitu perdagangan dan industri. Dalam hal penyediaan bahan baku dan tenaga kerja tidak ada kendala karena tersedia dalam jumlah banyak dan berasal dari Kota Medan. Hal ini terlihat dari jumlah Kecamatan dan Kabupaten sebanyak 21 dan 151 yang dapat memasok bahan baku dan tenaga kerja.
Selain itu, pada sektor pedagangan juga terdapat saham dari perusahaan luar negeri, seperti pendirian pusat perbelanjaan modern (mall, supermarket dan hypermarket) biasanya selama 10 tahun atau lebih sesuai dengan perjanjian kerja sama. Setelah itu, akan berpindah tangan ke pengusaha Indonesia untuk menggerakkan pusat perbelanjaan modern tersebut.
Faktor Eksternal
            Faktor eksternal berkaitan dengan limbah hasil industri, investor, produk serta distributor barang dan jasa. Kota Medan memiliki suatu kawasan industri yang bernama KIM di daerah Mabar. Akibat adanya kawasan industri tersebut tentu saja menghasilkan limbah yang bersifat toksik yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat. Sehingga diperlukan adanya pengelolaan limbah yang baik agar lingkungan tidak tercemar. Selain itu, diperlukan adanya penutupan pohon yang dapat meredam kebisingan suara pabrik industri tersebut. Agar terjadinya keseimbangan ekologis, ekonomis (produksi) dan budaya (sosial masyarakat).
            Investor asing yang menanamkan modalnya di KIM antara lain berasal dari Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, Australia, Swedia, Filipina, Jerman, Swiss dan Yaman. Pada tahun 2004 berdasarkan Medan Dalam Angka 2007 Data Industri, Listrik, Gas dan Air Minum Kota Medan, jenis perusahaannya terdiri dari PMDN berjumlah 135, Perusahaan Non-PMDN berjumlah 78 dan Perusahaan BUMN/BUMD berjumlah 4.
Kegiatan ekspor dan impor Kabupaten/Kota lain dilakukan di Pelabuhan Belawan ini yang dapat dilihat dari aktivitas bongkar muat barang setiap harinya. Sampai saat ini Pelabuhan Belawan telah memiliki fasilitas pelabuhan penumpang dan barang termasuk terminal peti kemas. Kecenderungan berkembangnya jasa transportasi lewat laut ini memerlukan suatu fasilitas tambahan yang lebih memadai. Terbatasnya daya tampung barang di pelabuhan menuntut suatu pembangunan fasilitas dengan lokasi yang dekat dengan pelabuhan tetapi memadai. Sesuai dengan arahan perkembangan Kota Medan pada masa mendatang perlu dilakukan investasi pada bidang usaha peti kemas dan pergudangan tersebut.
Selain itu, pada transportasi udara Bandara Polonia yang terletak di ibukota Provinsi Sumatera Utara yang satu-satunya merupakan Bandara Internasional di Pulau Sumatera yang dilengkapi dengan fasilitas operasional yang cukup baik sehingga pesawat berbadan lebar seperti Boeing 747 dapat mendarat. Bandara Polonia selain menunjang transportasi Internasional juga mempunyai peran yang sangat tinggi melayani transportasi nasional dan regional sehingga keberadaan Bandara Polonia dapat menunjang kegiatan perekonomian di wilayah Bagian Barat Indonesia maupun ke luar negeri khususnya dalam rangka menunjang kerjasama ekonomi sub Regional IMT-GT.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Kota Medan merupakan wilayah yang sangat strategis dalam hal pengembagan wilayah.
2.      Terdapat dua sektor potensial di Kota Medan, yaitu sektor perdagangan dan industri.
3.      Kegiatan perdagangan bersama aktivitas hotel dan restoran menjadi motor penggerak roda perekonomian kota.
4.      Kawasan Industri Medan (KIM) dekat dengan pelabuhan Belawan yang merupakan pintu masuk bagi penyediaan bahan baku industri.
5.      Pendapatan per kapita masyarakat di Kota Medan mengalami peningkatan.
Saran
            Pengembangan wilayah di Kota Medan sudah baik akan tetapi perlu adanya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana yang mendukung perdagangan dan industri. Sehingga pengembangan kedua sektor tersebut dapat berjalan lebih efektif fan efisien.

Referensi:
Anonim. 2005. Profil Kabupaten/Kota. Kota Medan, Sumatera Utara.